Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Krisis Kesehatan Mental Remaja di Indonesia: Perlu Perhatian Serius

  Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2022, sekitar 2,45 juta remaja di negeri ini menghadapi tantangan serius dalam bentuk gangguan jiwa atau dikategorikan sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Angka ini mencerminkan krisis yang mendalam di ranah kesehatan mental remaja yang seharusnya tidak diabaikan. Masalah kesehatan mental remaja di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Tekanan akademik yang berlebihan, masalah dalam lingkungan keluarga, perundungan (bullying), serta paparan yang berlebihan terhadap media sosial dan internet, semuanya berperan dalam meningkatkan risiko gangguan jiwa pada generasi muda (Kementerian Kesehatan RI, 2022). Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa hanya sedikit dari mereka yang mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan mental atau konseling yang tepat waktu dan memadai (Website LLPTW V Yogyakarta). Sebuah seminar di Universitas Mercu Buana Yogyakarta menyuarakan kekhawatiran mendalam meng...

Mengapa IPK Tidak Penting: Menilai Kembali Nilai Akademik di Dunia Kerja Modern

  Oleh : Rohman Rofiki Dalam beberapa dekade terakhir, nilai akademik atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) telah menjadi tolok ukur utama untuk menilai kemampuan dan kesuksesan akademik seseorang. Namun, apakah IPK benar-benar penting dalam menentukan keberhasilan di dunia kerja modern? Penelitian dan pandangan terbaru menunjukkan bahwa IPK mungkin tidak sepenting yang kita pikirkan. Berikut adalah analisis mendalam tentang mengapa IPK bukan lagi penentu utama dalam dunia kerja saat ini. Teori Employability Teori employability, yang dikemukakan oleh Fugate, Kinicki, dan Ashforth pada tahun 2004, menyoroti pentingnya kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meningkatkan peluang kerja seseorang. Menurut teori ini, kemampuan beradaptasi, pemecahan masalah, dan keterampilan interpersonal adalah komponen utama yang mempengaruhi employability. IPK tinggi mungkin mencerminkan kemampuan akademik, tetapi tidak selalu mencerminkan kemampuan praktis atau soft skills yang dibutuhka...

Kekerasan dan Kejahatan Mewarnai Pilkada: Masalah Serius yang Terabaikan

 Kekerasan dan Kejahatan Mewarnai Pilkada: Masalah Serius yang Terabaikan Oleh : Rohman Rofiki S.Ak Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), berita mengenai kekerasan, pembunuhan, dan bahkan kasus bunuh diri semakin mendominasi pemberitaan media. Meskipun peristiwa-peristiwa ini mengguncang, perhatian publik cenderung lebih terfokus pada dinamika politik yang mendominasi. Kejahatan seperti pembunuhan di berbagai daerah dan insiden bunuh diri di beberapa tempat telah menyoroti tantangan besar yang dihadapi masyarakat lokal. Namun, sedikit yang dibahas tentang akar masalah yang mendasari lonjakan kekerasan ini. Menurut para pakar, salah satu akar permasalahan utama adalah ketidakstabilan ekonomi yang melanda sebagian besar masyarakat. Menurut salah seorang pakar menjelaskan, "Kondisi ekonomi yang sulit, termasuk tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan, dapat menjadi pemicu terjadinya kejahatan. Ketidakstabilan ekonomi ini mempengaruhi kondisi sosial dan psikologis masyarak...

Cerpen : Gelap Mata di Tengah Kesulitan

  Cerpen,-  Di sebuah kota kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar, hiduplah sepasang suami istri, Budi dan Mira. Mereka berdua adalah tenaga honorer di sebuah instansi pemerintah setempat. Pekerjaan mereka yang tak menentu dan gaji yang minim membuat hidup mereka jauh dari kata berkecukupan. Awalnya, cinta dan kebersamaan mereka mampu menguatkan menghadapi kerasnya hidup, namun seiring berjalannya waktu, kesulitan ekonomi menggerogoti kebahagiaan mereka. Setiap bulan, gaji mereka nyaris habis hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Budi, dengan tanggung jawabnya sebagai anak, harus memikirkan pula biaya pengobatan orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Hutang demi hutang pun menumpuk karena kebutuhan yang terus meningkat, sementara pendapatan tak sebanding. Suatu malam, saat beban pikiran semakin berat, Budi memberanikan diri meminta bantuan kepada Mira untuk membayar sebagian hutang mereka. Namun, Mira yang juga merasa terbebani dengan keadaan ekonomi mereka,...

Depresi dan Krisis Ekonomi: Pendorong Maraknya Kriminalitas di Nusa Tenggara Barat

  Opini Berita: Rohman Rofiki S.Ak Nusa Tenggara Barat (NTB) telah memasuki daftar provinsi dengan prevalensi depresi tertinggi di Indonesia, menurut data terbaru dari Survei Kesehatan Indonesia Kementerian Kesehatan. Dengan persentase depresi sebesar 1,3%, NTB menduduki posisi kesembilan dalam daftar ini. Jawa Barat menempati posisi tertinggi dengan 3,3%, diikuti oleh Kalimantan Timur (2,2%), Banten dan Sulawesi Selatan (1,7% masing-masing), DKI Jakarta dan DI Yogyakarta (1,5% masing-masing), Sulawesi Tengah (1,5%), Sulawesi Utara (1,4%), dan Sumatera Utara (1,2%). Peningkatan angka depresi ini tidak hanya sekadar statistik; dampaknya tercermin dalam maraknya tindak kriminal di daerah tersebut. Kriminalitas seperti pembunuhan, kekerasan seksual, pencurian, dan pembegalan kini semakin sering menghiasi berita-berita di media lokal. Fenomena ini menggarisbawahi bagaimana kondisi ekonomi yang sulit dapat memicu peningkatan kejahatan. Kemiskinan dan kesulitan ekonomi merupakan salah sa...