Setiap bulan, gaji mereka nyaris habis hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Budi, dengan tanggung jawabnya sebagai anak, harus memikirkan pula biaya pengobatan orang tuanya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Hutang demi hutang pun menumpuk karena kebutuhan yang terus meningkat, sementara pendapatan tak sebanding.
Suatu malam, saat beban pikiran semakin berat, Budi memberanikan diri meminta bantuan kepada Mira untuk membayar sebagian hutang mereka. Namun, Mira yang juga merasa terbebani dengan keadaan ekonomi mereka, menolak dengan tegas.
"Aku juga punya kebutuhan, Budi. Kamu pikir mudah dapat uang di sini? Kamu harus cari jalan keluar sendiri," kata Mira dengan nada ketus.
Penolakan ini menambah beban di hati Budi. Setiap malam, dia merenung dan merasa semakin terpuruk. Tangisan ibunya yang meminta obat dan keluhan Mira tentang hidup mereka yang sulit membuat pikirannya semakin kacau. Pertengkaran pun semakin sering terjadi. Mira yang lelah dan frustrasi sering kali melampiaskan kemarahannya dengan kata-kata kasar, bahkan menyumpahi orang tua Budi.
"Orang tuamu itu hanya membuat hidup kita makin susah! Sampai kapan kita harus terus membayar untuk mereka?" teriak Mira dalam kemarahan.
Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk hati Budi. Kesabarannya habis. Pada suatu malam, setelah pertengkaran hebat, dalam kondisi yang sangat tertekan dan kehilangan kendali, Budi mengambil parang yang biasa digunakan untuk memotong kayu. Dengan hati yang gelap dan penuh amarah, dia menghampiri Mira yang sedang tertidur.
"Maafkan aku, Mira. Aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi," bisik Budi dengan air mata mengalir. Dalam hitungan detik, parang itu diayunkan, menebas tubuh Mira. Darah berceceran di seluruh ruangan, dan Mira terbaring kaku, bergelimangan darah.
Keesokan harinya, warga kota kecil itu gempar menemukan Mira tewas di rumahnya. Polisi segera datang dan menangkap Budi yang sudah menyerahkan diri. Wajahnya penuh penyesalan, dan dia hanya bisa menangis mengingat cinta dan janji yang pernah mereka buat. Semua itu kini hanya tinggal kenangan pahit yang akan terus menghantui sisa hidupnya.
Komentar
Posting Komentar