Langsung ke konten utama

Minimnya Gerakan Ideologis dalam Organisasi Mahasiswa: Tantangan Zaman Baru


Sumber Foto : Pexels.com

Artikel,Jurnalmerah.com, -Sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia pernah menjadi saksi atas kekuatan ideologis mahasiswa dalam memperjuangkan perubahan sosial dan politik. Dari gerakan revolusi anti-kolonial hingga reformasi 1998 yang berhasil menggulingkan rezim otoriter Soeharto, mahasiswa selalu berdiri di garda terdepan sebagai penggerak perubahan. Namun, kini, dinamika tersebut terlihat memudar. Gerakan mahasiswa masa kini seolah kehilangan daya ideologisnya dan lebih sering terjebak dalam pragmatisme politik serta agenda sektoral.

Transformasi Gerakan Mahasiswa: Dari Jalanan ke Media Sosial

Salah satu faktor utama yang mendorong perubahan dalam gerakan mahasiswa adalah kemajuan teknologi dan media sosial. Jika pada masa lalu mobilisasi massa di jalanan menjadi simbol perlawanan, hari ini banyak aksi mahasiswa yang beralih ke platform digital. Mahasiswa lebih sering menggunakan media sosial untuk mengkritisi kebijakan atau menyuarakan aspirasi mereka, namun aksi ini sering kali bersifat simbolis dan kurang berakar pada gerakan massa.

Kritik terhadap mahasiswa saat ini menyebut bahwa pergerakan yang terjadi lebih berfokus pada citra dan popularitas di ruang maya, bukan pada perjuangan ideologis yang mendalam. Media sosial, meski mampu menjangkau banyak orang, sering kali hanya menghasilkan dukungan dangkal yang tak mampu menciptakan dampak jangka panjang. Sebuah studi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyoroti bahwa mahasiswa era sekarang lebih cenderung terfragmentasi ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan agenda pragmatis, berbeda dengan solidaritas besar yang dulu dibentuk atas dasar ideologi.

Peran Ideologi yang Menyusut

Di era Orde Baru, kebijakan seperti Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) memperlemah gerakan mahasiswa dengan membatasi ruang gerak mereka di kampus. Kebijakan ini diterapkan untuk mengendalikan politisasi mahasiswa setelah pemberontakan pada peristiwa Malari 1974. Sejak saat itu, gerakan mahasiswa mulai terpecah dan terpisah dari massa rakyat, yang pada akhirnya mengurangi kekuatan ideologis gerakan tersebut

Pasca-reformasi, mahasiswa cenderung beralih ke isu-isu sektoral seperti lingkungan, hak-hak mahasiswa, atau bantuan sosial, tetapi jarang menyentuh gerakan ideologis besar seperti perlawanan terhadap kapitalisme, neoliberalisme, atau ketimpangan sosial. Kehilangan orientasi ideologis ini menjadi tantangan besar, terutama dalam konteks ketika politik nasional juga tidak banyak diisi oleh tokoh-tokoh yang berasal dari gerakan mahasiswa.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Melihat minimnya gerakan ideologis di kalangan mahasiswa, pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah: Bagaimana mengembalikan semangat ideologis dalam pergerakan mahasiswa? Pertama, pendidikan politik dan ideologi perlu diperkuat kembali di kampus. Penting bagi mahasiswa untuk memahami kembali sejarah gerakan mereka sendiri, dari masa anti-kolonial hingga reformasi, agar mereka dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan masa lalu. 

Selain itu, mahasiswa perlu kembali membangun koneksi dengan masyarakat. Gerakan yang terpisah dari massa rakyat akan sulit mencapai perubahan yang signifikan. Seperti yang dicontohkan oleh gerakan mahasiswa Filipina yang berhasil menggulingkan diktator Marcos dengan strategi 'Live-in,' mahasiswa di Indonesia juga bisa belajar membaur dengan masyarakat dan memperjuangkan isu-isu rakyat secara langsung.

Pada akhirnya, gerakan mahasiswa harus kembali pada akarnya: ideologi. Perjuangan untuk keadilan sosial, kesetaraan, dan melawan ketidakadilan struktural adalah hal-hal yang tak bisa dicapai hanya dengan pragmatisme jangka pendek. Mahasiswa harus kembali menjadi suara yang berani untuk perubahan.

Referensi:

1. Indrakusuma, Danial. "Gerakan Mahasiswa di Indonesia: Sebuah Refleksi." IndoProgress. Tersedia di: [IndoProgress](https://indoprogress.com)

2. Sudjito, Arie. "Dinamika Gerakan Mahasiswa Era Reformasi." Diskusi di Universitas Gadjah Mada. Tersedia di: [Jurnal UGM](https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/download/82612/pdf)【10†source

3. Sugiharto, A. "Gerakan Mahasiswa: Dari Masa Orde Baru hingga Era Reformasi." Majalah Tempo. Artikel yang membahas transisi gerakan mahasiswa dan pengaruh NKK terhadap dinamika pergerakan mahasiswa.

4. Kurniawan, B. "Normalisasi Kehidupan Kampus: Dampaknya terhadap Gerakan Mahasiswa di Indonesia." Laporan Penelitian SINTA. Tersedia di: [SINTA](https://sinta.ristekbrin.go.id)


Penulis    : Rohman Rofiki.S.Ak

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...