Langsung ke konten utama

Lombok Timur dan Data PMKS 2021-2023: Fakta di Balik Angka Kesejahteraan Sosial

 

Sumber Foto : Satu Data Lombok Timur

Lombok Timur, Jurnalmerah.com, – Data yang dirilis oleh Lombok Timur Satu Data yang bersumber dari  Dinas Sosial Kabupaten Lombok Timur dari tahun 2021 hingga 2023 memberikan gambaran tentang kompleksitas dan tantangan dalam menangani Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di daerah ini. Meskipun terdapat upaya penanganan yang signifikan, angka-angka menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2021: Fakir Miskin Mendominasi PMKS

Pada tahun 2021, jumlah PMKS mencapai 137.677 jiwa, dengan kategori Fakir Miskin mendominasi angka tersebut sebanyak 123.583 jiwa. Data ini menunjukkan bahwa kemiskinan menjadi isu utama di Lombok Timur. Selain itu, sebanyak 129.440 jiwa telah mendapatkan intervensi. Namun, meskipun intervensi dilakukan pada hampir seluruh PMKS, pertanyaan penting adalah seberapa efektif penanganan ini dalam mengurangi angka kemiskinan secara berkelanjutan.

2022: Penurunan Jumlah PMKS, Namun Tantangan Masih Ada

Tahun 2022 mencatat penurunan jumlah PMKS menjadi 99.794 jiwa, dengan 98.844 jiwa di antaranya telah mendapatkan penanganan. Meski ini menunjukkan kemajuan, rincian data memperlihatkan adanya kategori yang membutuhkan perhatian khusus. Contohnya, dari 1.091 jiwa Penyandang Disabilitas, hanya 661 jiwa yang telah mendapatkan bantuan. Selain itu, kategori Korban Trafficking sebanyak 124 jiwa hanya berhasil ditangani sebanyak 19 jiwa

2023: Peningkatan Jumlah PMKS, Fokus pada Penanganan Efektif

Pada tahun 2023, data menunjukkan adanya peningkatan jumlah PMKS menjadi 118.533 jiwa. Fakir Miskin masih menjadi kategori terbesar dengan 90.223 jiwa, dan sebanyak 86.256 jiwa telah ditangani. Namun, meskipun ada peningkatan penanganan, keberlanjutan dan kualitas intervensi tetap menjadi tanda tanya. Data juga menunjukkan bahwa kelompok Korban Trafficking meningkat menjadi 314 jiwa, namun yang tertangani baru 25 jiwa. Penyandang Disabilitas juga meningkat menjadi 1.811 jiwa, namun hanya 300 jiwa yang mendapatkan bantuan.

Analisis Data: Tren dan Kesenjangan Penanganan

Jika dilihat dari data ini, tampak adanya fluktuasi dalam jumlah PMKS dari tahun ke tahun. Meskipun ada upaya intervensi yang konsisten, peningkatan jumlah PMKS di tahun 2023 menandakan bahwa masalah kesejahteraan sosial di Lombok Timur belum sepenuhnya terselesaikan. Penanganan yang dilakukan tampaknya masih belum cukup untuk mengatasi akar permasalahan, terutama bagi kategori yang membutuhkan intervensi khusus seperti Penyandang Disabilitas dan Korban Trafficking.

Apa yang Diperlukan?

Data yang ada memberikan gambaran jelas bahwa program penanganan yang telah dilaksanakan mungkin perlu dievaluasi dan disesuaikan agar lebih efektif. Perlu pendekatan yang lebih holistik dan terarah, terutama untuk kelompok-kelompok yang paling rentan. Selain itu, data monitoring yang lebih komprehensif diperlukan untuk memastikan bahwa setiap individu yang masuk dalam kategori PMKS mendapatkan penanganan yang sesuai dan berkelanjutan.

Dengan memahami dan menganalisis data ini secara mendalam, diharapkan pemerintah dan pemangku kepentingan di Lombok Timur dapat merumuskan kebijakan dan program yang lebih tepat guna dalam menangani masalah kesejahteraan sosial di wilayah ini. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...