Langsung ke konten utama

Reza Rahadian dan Warisan Revolusioner Neneknya: Aktivisme yang Terus Hidup dalam Aksi Protes Publik

Reza Rahadian dan Warisan Revolusioner Neneknya: Aktivisme yang Terus Hidup dalam Aksi Protes Publik

Keterangan Foto :  foto atas Francisca Fanggidaej saat duduk bersama Fidel Castro, dan Foto Bawah adalah Reza Rahardian saat Aksi Menentang RUU PILKADA 

Jurnal Merah – Aktor terkenal Indonesia, Reza Rahadian, baru-baru ini menarik perhatian publik tidak hanya melalui karier aktingnya, tetapi juga karena keterlibatannya dalam aksi protes terhadap Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Aksi protes ini menanggapi upaya DPR yang diduga berusaha menghalangi pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024 terkait Pilkada 2024.

Putusan MK tersebut mengubah ambang batas pencalonan kepala daerah, menyamakan syarat pencalonan untuk partai politik dengan jalur independen. Kini, partai tanpa kursi DPRD yang memperoleh suara sah tertentu dapat mengajukan calon kepala daerah. Langkah ini diharapkan mengurangi ketidakadilan dan memastikan hak konstitusional partai politik.

Reza Rahadian, yang dikenal sebagai publik figur dengan pengaruh besar, menggunakan platformnya untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap tindakan DPR yang dianggap mengancam prinsip demokrasi. Keberanian Reza dalam mengadvokasi isu-isu sosial dan politik mungkin merupakan warisan dari neneknya, Francisca Fanggidaej.

Francisca Fanggidaej adalah seorang aktivis revolusioner yang memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai anggota Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), ia aktif terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa Revolusi 1945-1949. Francisca dikenal karena semangat dan dedikasinya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat serta keadilan sosial.

Selama masa perjuangan, Francisca terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan sosial, termasuk mengorganisir dan memobilisasi massa untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Kepemimpinan dan semangat perjuangannya meninggalkan jejak yang mendalam dan menginspirasi banyak orang.

Setelah periode Revolusi, Francisca harus menjalani hidup dalam pengasingan setelah paspornya dicabut oleh pemerintah Orde Baru. Ia melanjutkan perjuangannya dari luar negeri, tinggal di Tiongkok dan Belanda, dan terus aktif dalam advokasi serta diplomasi internasional untuk isu-isu yang berkaitan dengan Indonesia.

Meskipun hidup dalam pengasingan, Francisca tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan, dan terus menggalang dukungan internasional untuk rakyat Indonesia. Warisan perjuangannya tetap dikenang dan dihargai, memberikan pengaruh yang signifikan pada generasi berikutnya.

Francisca Fanggidaej meninggal pada tahun 2013, tetapi kontribusinya tetap mempengaruhi banyak orang, termasuk cucunya, Reza Rahadian. Dalam keterlibatannya saat ini, Reza tidak hanya menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial tetapi juga menegakkan nilai-nilai perjuangan neneknya dengan berani bersuara melawan ketidakadilan.

Selain keterlibatannya dalam aksi protes, Reza Rahadian tetap aktif di dunia hiburan dengan proyek terbaru seperti seri "Kawin Tangan". Dengan dedikasinya di bidang seni dan kepedulian terhadap isu-isu sosial, Reza Rahadian membuktikan dirinya sebagai aktor berbakat sekaligus seorang aktivis yang peduli dengan masa depan bangsa.

Sumber:


1. [Wikipedia - Francisca Fanggidaej](https://id.wikipedia.org/wiki/Francisca_Fanggidaej)

2. [Wikipedia - Tricontinental Conference](https://en.wikipedia.org/wiki/Tricontinental_Conference)

3. [VOI.id - WeTV Original Kawin Tangan](https://voi.id/berita/2344/wez-tv-original-kawin-tangan)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...