Langsung ke konten utama

Leon Trotsky: Sang Revolusioner yang Tertinggal di Pusaran Sejarah dan Tulisannya mengenai Sentral dan Demokrasi


Jurnalmerah.com -Leon Trotsky, lahir dengan nama Lev Davidovich Bronstein pada 7 November 1879 di Ukraina, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dan kontroversial dalam sejarah revolusioner Rusia. Lahir dari keluarga Yahudi yang kaya, Trotsky sejak muda sudah terjun ke dunia pergerakan, di mana ia bergabung dengan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia pada tahun 1898. Pengalaman awalnya sebagai aktivis membawanya ke pengasingan di Siberia, tetapi kegigihannya membuatnya melarikan diri ke London pada tahun 1902, di mana ia bertemu dengan tokoh revolusioner lainnya, Vladimir Lenin.

Awalnya, Trotsky memilih jalur berbeda dari Lenin dengan mendukung faksi Menshevik yang dipimpin Julius Martov, namun ia segera menyatakan dirinya non-faksi pada tahun 1904. Dalam Revolusi 1905 yang gagal, ia kembali ke Rusia dan terpilih sebagai ketua Soviet Saint Petersburg, memperkuat reputasinya sebagai pemimpin revolusi. Setelah kembali diasingkan ke Siberia dan kemudian melarikan diri lagi pada tahun 1907, Trotsky menghabiskan waktu di beberapa kota Eropa sebelum kembali ke Rusia pasca-Revolusi Februari 1917.

Trotsky bergabung dengan Bolshevik dan memainkan peran kunci dalam Revolusi Oktober 1917 yang menggulingkan Pemerintahan Sementara Rusia. Sebagai ketua Soviet Petrograd, ia menjadi salah satu arsitek utama revolusi yang melahirkan Uni Soviet. Dalam pemerintahan Lenin, Trotsky memegang beberapa posisi penting, termasuk sebagai Komisaris Rakyat untuk Urusan Luar Negeri, di mana ia memimpin negosiasi Perjanjian Brest-Litovsk yang mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I.

Namun, pengaruh terbesar Trotsky mungkin ada di militer. Dari tahun 1918 hingga 1925, ia menjabat sebagai Komisaris Rakyat untuk Urusan Militer dan Angkatan Laut, di mana ia mendirikan dan memimpin Tentara Merah dalam Perang Saudara Rusia. Dedikasi dan strateginya dalam membangun militer revolusioner ini menjadi legenda, meskipun tindakannya sering kali menuai kontroversi, termasuk dukungannya terhadap Teror Merah dan penindasan pemberontakan Kronstadt.

Setelah kematian Lenin pada tahun 1924, Trotsky muncul sebagai penantang utama Joseph Stalin, menentang kebijakan moderatnya dan menyerukan revolusi permanen yang menekankan pentingnya penyebaran revolusi sosialis ke negara-negara kapitalis maju. Namun, ia kalah dalam perebutan kekuasaan, dipecat dari posisinya, dan akhirnya diasingkan. Pada tahun 1929, Trotsky diusir dari Uni Soviet dan menghabiskan tahun-tahun terakhirnya di pengasingan di Turki, Prancis, Norwegia, dan akhirnya Meksiko.

Meskipun hidup dalam pengasingan, Trotsky terus menulis secara ekstensif, menyerang Stalinisme dan mempertahankan gagasannya tentang internasionalisme proletar. Pada tahun 1938, ia mendirikan Internasional Keempat sebagai alternatif Komintern. Namun, perjuangannya berakhir tragis ketika ia dibunuh di rumahnya di Mexico City pada tahun 1940 oleh seorang agen Stalinis, Ramón Mercader.

Trotsky, yang secara sistematis dihapus dari sejarah Soviet di bawah Stalin, tetap menjadi sosok yang dibicarakan di dunia Barat. Ia dipandang sebagai pahlawan oleh kaum kiri anti-Stalinis, bukan hanya karena kritiknya terhadap totalitarianisme Stalin, tetapi juga karena visi sosialisme yang lebih demokratis dan internasionalis. Warisannya—meskipun penuh dengan kontroversi—menjadi salah satu dari sedikit yang tetap hidup meski ia disingkirkan dari panggung politik Soviet. (Sumber : Leon 1905)

__________________________________________________________________________

Ulasan Artikel :

Sumber: On Democratic Centralism, A Few Words about the Party Regime. Writings of Leon Trotsky 1937-38. Pathfinder Press, New York, 1976. Hal. 89-91. 

“On Democratic Centralism.” Internal Bulletin (OCSPC), no. 5, December 1937. Ini adalah salah satu kontribusi Trotsky untuk diskusi pra-kongres. 

__________________________________________________________________________


Dalam artikelnya, "Mengenai Sentralisme dan Demokratis” Leon Trotsky menguraikan konsep sentralisme demokratis sebagai landasan vital bagi keberhasilan partai revolusioner. Tulisan ini lahir dari korespondensi Trotsky dengan kaum muda revolusioner yang mempertanyakan struktur internal partai, khususnya mengenai bagaimana keseimbangan antara sentralisme dan demokrasi dapat dipertahankan tanpa mengorbankan salah satunya.

Trotsky berpendapat bahwa sentralisme demokratis tidak boleh dipandang sebagai sebuah mekanisme yang kaku atau formula yang siap pakai. Sebaliknya, ia menekankan bahwa keseimbangan antara demokrasi dan sentralisme harus selalu disesuaikan dengan kondisi politik yang terus berubah, kekuatan partai, serta kesadaran politik dan disiplin anggotanya. Demokrasi, menurut Trotsky, harus mendapat prioritas pada saat formulasi strategi, ketika partisipasi dan debat luas dari seluruh anggota partai diperlukan. Namun, begitu keputusan diambil dan tindakan dimulai, sentralisme harus mendominasi untuk menjaga efektivitas dan kesatuan tindakan.

Trotsky juga memperingatkan tentang bahaya ketidakpuasan yang lahir dari sikap minoritas yang tidak mampu menerima keputusan mayoritas. Ia mengkritik mereka yang dengan mudahnya mengeluh tentang "rejim" partai, namun tidak menawarkan kritik yang konstruktif. Menurut Trotsky, partai revolusioner tidak bisa memberikan lebih dari apa yang diizinkan oleh kondisi objektif dan subjektif. Kedewasaan politik adalah hal yang esensial, di mana anggota partai harus memahami bahwa setiap keputusan dan kebijakan harus dievaluasi dalam konteks realitas politik yang ada.

Lebih jauh, Trotsky menekankan pentingnya sikap proporsional dalam politik. Ia menyebut beberapa tokoh revolusioner yang gagal karena tidak mampu menilai situasi dengan realistis, terlalu membesar-besarkan masalah kecil, dan akhirnya merugikan partai serta perjuangan mereka sendiri. Trotsky berpendapat bahwa revolusi tidak akan berhasil jika dipimpin oleh mereka yang skeptis dan mudah putus asa, tetapi oleh generasi buruh muda yang penuh semangat dan keyakinan dalam memperjuangkan perubahan.
Relevansi dan Kesimpulan:

Trotsky, melalui artikelnya, memberikan landasan teoritis yang kuat bagi konsep sentralisme demokratis yang hingga kini tetap relevan bagi gerakan revolusioner di seluruh dunia. Ia menunjukkan bahwa sentralisme demokratis adalah prinsip yang dinamis dan harus berkembang seiring dengan perkembangan politik. Sentralisme demokratis bukan hanya sekadar disiplin, tetapi juga melibatkan partisipasi demokratis yang aktif dan kritis dari seluruh anggota partai.

Artikel ini menjadi panduan bagi setiap gerakan yang berusaha menyeimbangkan antara kebutuhan akan disiplin organisasi dengan kebutuhan akan demokrasi yang partisipatif. Trotsky mengingatkan bahwa hanya melalui kombinasi yang tepat antara kedua elemen ini, partai revolusioner dapat memimpin perjuangan kelas pekerja menuju kemenangan yang sejati. Dengan demikian, tulisan Trotsky ini tidak hanya menjadi dokumen historis, tetapi juga sumber refleksi penting bagi semua yang terlibat dalam perjuangan sosialisme dan keadilan sosial di dunia modern.


Penulis : Alfi Z.A

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...