Langsung ke konten utama

Bagian Pertama |GLOBALISASI dan KAPITALISME GLOBAL

Bagian Pertama |GLOBALISASI dan KAPITALISME GLOBAL 


Sumber dan penulis : Akun Facebook Eska Safi'i

Pada akhir abad ke-20, dunia Barat memperkenalkan istilah baru dalam kamus politiknya, yaitu "globalisasi". Istilah ini berasal dari kata sifat Perancis "global", yang berarti "mendunia, meliputi seluruh dunia".

Dalam sosiologi borjuis, globalisasi digambarkan sebagai proses percepatan, perluasan, dan interaksi hubungan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lainnya secara global, yang diharapkan akan membawa pemerataan pertumbuhan dan pembangunan sosial-ekonomi di seluruh negara. Untuk melegitimasi mitos ini, para ilmuwan dan akademisi yang didukung perusahaan-perusahaan besar sering kali menggambarkan globalisasi seperti lautan badai, yang gelombang pasangnya diharapkan membawa semua perahu perekonomian dunia ke pantai kebahagiaan, tempat "gunung dan sungai emas" dipenuhi dengan "anggur".

Namun, utopia ini TIDAK DITAKDIRKAN untuk menjadi kenyataan. Globalisasi tidaklah bersifat LINIER, melainkan “BERDENYUT atau BERGELOMBANG”, yang mengalami pasang surut. Akhir-akhir ini, globalisasi tampak mengalami kemunduran, sementara para pemimpin global mengejar tujuan yang bertentangan dengan kepentingan massa pekerja. Mitos persamaan kesempatan bagi semua negara, baik besar maupun kecil, hanya berfungsi sebagai daya tarik kapitalisme global bagi masyarakat di negara-negara pinggiran.

Faktanya, GLOBALISASI KAPITALIS adalah proses yang dikendalikan oleh negara-negara besar di BARAT, dipimpin oleh Amerika Serikat. Para ilmuwan progresif di Timur dan Barat menegaskan bahwa globalisasi modern bukanlah modernisasi, melainkan AMERIKANISASI dan WESTERNISASI. Mereka berpendapat bahwa istilah "globalisasi" diciptakan untuk menyamarkan perluasan kapitalisme secara global, agar dunia dapat melayani kepentingan elit yang berkuasa di negara-negara maju. Akibatnya, globalisasi, sebagai proses yang menandai TAHAP TERTINGGI IMPERIALISME (seperti yang dikatakan Lenin), hanya menimbulkan ilusi kesetaraan pertumbuhan ekonomi di semua negara.

Praktiknya, globalisasi terutama memperkuat dominasi perusahaan transnasional (TNC) dan bank (TNB) di seluruh dunia. Penggerak utama globalisasi modern gaya Amerika adalah "TRINITAS" yang terdiri dari Bank Dunia (WB), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Mereka bertindak demi kepentingan industri global dan oligarki keuangan, terutama Amerika Serikat dan negara-negara G7 lainnya.

INTISARI kapitalisme global di era NEOLIBERAL adalah PRIVATISASI ekonomi dan PEMBATASAN intervensi negara dalam pengaturan pasar. Namun, ini tidak berarti bahwa negara hanya berperan sebagai “penjaga malam”. Negara kapitalis modern tetap melindungi hak kepemilikan pribadi di negara-negara maju. Di sisi lain, jaminan monopoli dengan dalih “mengurangi peran negara” bertujuan untuk MELEMAHKAN KEKUASAAN di negara-negara pinggiran, sehingga memudahkan subordinasi mereka kepada kepentingan TNC dan TNB dalam mengeksploitasi sumber daya manusia dan alam.


*Bersambung*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...