Langsung ke konten utama

Dari Aktivis Ke Bisnis Baju Bekas

DARI AKTIVIS KE BISNIS BAJU BEKAS




Manusia butuh makan dan yang dimakan adalah hasil kerja, tidak kerja tidak makan, tidak makan matilah ia sebagai manusia sebuah ungkapan  dari Bapak Proklamator Indonesia Bung Karno. Sangat di rasakan oleh semua orang tidak terkecuali Alfathul Ferdian selaku aktivis mahasiswa yang baru saja menyelsaikan sarjana Akuntansinya di Universitas Gunung Rinjani, Lombok Timur-NTB

Ferdian sapaan akrabnya bergelut menjadi aktivis mahasiswa saat menjadi sekertaris Bem Fakultas Ekonmi, lalu menjadi Wakil Presiden Mahasiswa UGR, serta menjadi Sekertaris di salah satu organisasi mahasiswa sekala nasional di Lombok Timur, pasca lulus kuliah ia terjun langsung  ke dunia Bisnis

Bukan tanpa alasan, ia terjun kedunia Bisnis Baju bekas atau biasa di sebut pakaian Thrift  karena ke dilemaannya terhadap dunia perpolitikan dan gerakan  di daerah tempat ia tinggal.

Menurutnya, dunia aktivis tidak menjamin sepenuhnya masa depan yang cerah, bahkan ia juga menuturkan alumni-alumni di organisasinya ini jarang yang terlihat sukses sehingga membuat ia berpikir untuk banting haluan dari aktivis ke pembisnis.

Alasan lain yang mendorong ia untuk berjualan baju bekas ini pun adalah sebuah cita-cita yang tertanam sejak dulu yaitu ingin menjadi seorang pengusaha. Meskipun saat ini ia masih bergelut di dunia aktivis walaupun tidak se-aktif dulu. Namun, setidaknya ia punya usaha sampingan untuk bisa menghidupi dirinya

Awal mula ia mulai menggeluti jualan produk pakaian bekas ini sebenarnya hanya mengisi kekosongan dan juga ingin menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan kawan-kawannya. Karena memang menjadi Bos atas diri sendiri ungkapnya adalah impian setiap orang. Apalagi seoarag aktivis yang tidak menyukai ada tekanan

Adapun modal awal untuk memulai bisnis ini ia dapatkan dari relasinya di organisasi. Dan bisnisnya ini terhitung masih sumur jagung yaitu baru berusia  tiga minggu. Meskipun begitu  ucapnya tidak menyurutkan semangatnya.

Ia juga bercerita pada saat satu minggu awal memulai merintis bisnis ini ia melihat peluang  di desa Anjani, kabupaten Lombok Tidur dikarenakan tidak ada yang berjualan atau toko sejenis yang menjajakan pakaian bekas seperti yang ia lakukan

Dengan kondisi tersebut, Ia jmeyakini peluang pasar bisnis ini sangat  menjajikan disebabkan di desa ini adalah lingkungan pendidikan yang diisi oleh mahasiswa, Ma’had dan Ma’hadah serta santri dan santriwati. Di tandai dengan pengalaman berkesan saat ia mulai membuka bisnis ini, seorang pelanggan pertamanya merasa bersyukur akan keberadaan toko pakaian yang dirintis ini.

Tidak hanya itu, Ferdian saat ini juga memperlebar usahanya di kampung sendiri di Desa Anggaraksa, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur. Karena bisnisnya masih seumur jagung ia bercerita  paling banyak jumlah pelanggan yang datang membeli sekitar 8 orang per hari dan belanjannya biasanya lebih dari 1 Pcs. Bahkan terkadang  satupun tidak ada yang datang per harinya, Namun ia memaklumi proses ini karena masih merintis

Terakhir, ia berharap toko produk pakian bekas ini terus berkembang menjadi lebih besar dan meluas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tim IRON-EDWIN Tegaskan Komitmen pada Guru, TKD akan Dikembalikan seperti Era Ali Bin Dachlan

  Keterangan Foto : Konsolidasi Tim Pemenangan Kabupaten IRON-EDWIN Jurnalmerah.com, Lombok Timur , - Dalam konsolidasi yang digelar di Cafe Klasik, Sikur, Sabtu, 14 September 2024 calon bupati Lombok Timur, Khairul Warisin, menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan guru di Lombok Timur. Salah satu fokus utama yang disampaikan adalah pengembalian Tunjangan Khusus Daerah (TKD) bagi guru, seperti yang pernah diterapkan pada masa kepemimpinan Ali Bin Dachlan.  Khairul Warisin calon bupati Lombok Timur 2024 menyampaikan bahwa guru adalah elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia. "Guru adalah pilar utama dalam pendidikan, dan sudah saatnya mereka mendapatkan penghargaan yang layak. Kami berkomitmen untuk mengembalikan TKD seperti masa Ali Bin Dachlan, agar guru-guru di Lombok Timur merasa bangga dan dihargai atas peran mereka yang begitu vital," ujar Khairul. Ia juga menekankan bahwa program TKD ini bukan hanya soal tunjangan semata, tetapi merupakan upaya untuk ...

DPP GANAS Resmi Bentuk DPD di Kabupaten Sumbawa Barat

Keterangan Foto : Anggota GANAS SumbawaBarat,Jurnalmerah.com , 29 September 2024 — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Advokasi Nusantara (GANAS) telah resmi membentuk pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) GANAS Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Imran terpilih sebagai ketua, dengan Yanti Sosilawati sebagai sekretaris dan Maslah sebagai bendahara. Ketua DPP GANAS, Lalu Anugerah Bayu Adi, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan hadir dalam acara pembentukan DPD GANAS Sumbawa Barat. Ia menekankan bahwa kehadiran GANAS merupakan wadah perjuangan untuk masyarakat luas, bukan hanya di Lombok, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat. “Saya ucapkan banyak terima kasih telah hadir di acara pembentukan GANAS di Kabupaten Sumbawa Barat. Kepada pengurus DPD KSB yang terpilih, saya ucapkan selamat,” ungkap Anugerah. Anugerah juga menjelaskan bahwa gerakan utama GANAS adalah memberikan pendampingan hukum gratis bagi anggota dan masyar...

UGR: Surga Demokrasi dengan Sejuta Rektor

Di kaki Gunung Rinjani ujung timur pulau lombok, berdiri sebuah kampus yang namanya kerap disebut-sebut sebagai "Syurganya Demokrasi" – Universitas Gunung Rinjani (UGR). Sejak didirikan oleh Ali bin Dachlan, kampus ini dibangun di atas landasan kebebasan berpikir dan kreativitas mahasiswa. Sejak awal, UGR membanggakan dirinya sebagai ruang di mana setiap mahasiswa bebas berkreasi, bebas bersuara, bebas menyampaikan aspirasi tanpa batas. Dalam idealisme pendirinya, UGR adalah kampus yang memuliakan kebebasan individu dalam berkarya. Namun, apakah "syurga" ini masih setia pada mimpi besar pendirinya? Kenyataannya, UGR kini tak lebih dari panggung absurd di mana setiap sudut kampus menyaksikan parade para "rektor-rektor" dadakan yang memegang kekuasaan seolah tiada batas. "Sejuta rektor" itulah istilah yang santer di kalangan mahasiswa. Sebuah istilah sinis yang lahir dari ketidakpuasan atas perilaku birokrasi kampus yang bak serdadu tak bertuan. Di...